memelihara Cryfish
Cryfish/freshwater cryfish biasa disebut Lobster Air Tawar (LAT) tergolong dalam kelompok udang-udangan ini mirip dengan saudaranya yang tinggal di laut, yakni lobster air laut. Yang membedakan adalah perawakannya. Lobster air tawar (LAT) tidak sebesar dan segagah saudaranya yang tinggal di air asin. Hanya saja, selain enak dimakan, LAT juga cocok dipiara di akuarium. LAT biasa hidup di sungai, rawa-rawa, atau di danau yang kedalamannya berkisar 3 m saja. Syaratnya, air tempatnya hidup itu bebas dari polusi. LAT memang tergolong hewan yang sensitif, tidak tahan hidup di air yang terpolusi. Dalam keluarga besar LAT cuma Procambarus clarkii, biasa dijuluki red crayfish, yang bisa bertahan hidup di air keruh dan mengandung polusi. Si merah ini asalnya dari Lousiana, Amerika Serikat.
Seperti saudaranya yang hidup di laut, tubuh LAT juga dilindungi cangkang keras. Satwa air tawar ini memang termasuk hewan dengan kerangka luar atau sebutannya exoskeleton. Baju luarnya membuat penampilan LAT gagah dipandang, apalagi dengan sepasang capitnya yang sangar. Sosok yang gagah inilah yang menjadi daya tarik LAT untuk dijadikan hewan piaraan seperti ikan hias di akuarium. Dalam perkembangan dan pertumbuhannya, LAT bebeberapa kali mengalami molting, ganti cangkang. Ukuran tubuhnya semakin hari semakin besar, sementara ukuran "baju"-nya tak berubah. Cangkangnya yang keras itu tak bisa mengikuti perkembangan tubuhnya. Jadi, mau tidak mau "baju" lamanya yang semakin sempit harus diganti dengan yang baru.
Ketika usianya semakin tua, frekuensi molting semakin jarang. Saat masih bayi, udang besar ini bisa melakukan molting hampir tiap hari, tergantung pergerakan pertumbuhannya. Makin dewasa, proses ganti cangkang akan semakin jarang, dari minggu demi minggu menjadi bulan demi bulan.
Celakanya, masa molting merupakan masa kritis bagi LAT. Saat itu peluang terjadinya kematian meningkat. Soalnya, ketiadaan cangkang membuat kondisi tubuhnya menjadi lemah. Dengan kondisi seperti itu, penghuni perairan yang lebih kuat akan lebih mudah menyerangnya. Tak jarang, teman-temannya sesama lobster yang berbadan lebih gede bahkan ikut memangsanya.
Untuk menghindari ancaman serangan itu, pada saat "baju kebesaran" yang mulai kesempitan dilepas, ia akan mengurung diri di tempat persembunyian yang terpencil. Di
Proses ganti "baju" dimulai dari buntut, capit, kaki, dan berlanjut ke bawah badan dan kaki-kaki perenang. Akhirnya karapak (cangkang) akan pecah di belakang kepala. Kaki yang baru saja kehilangan cangkang ini akan mendorong "baju" lama itu dari tubuhnya. Kira-kira
Untuk mengganti cangkang lama yang telah dibuang, ia harus membuatnya sendiri langsung di tubuh. Ukuran "baju" barunya tentu akan lebih besar, sesuai ukuran tubuhnya yang makin gede. Ketika mulai tumbuh, cangkang barunya tampak berwarna keruh, sangat lembut, dan rapuh. Setelah beberapa lama kulit itu akan mengeras. Supaya pertumbuhan kulit baru ini berjalan baik, LAT butuh asupan kalsium yang tinggi. Karena itu, ia memakan "baju" lamanya sendiri yang memang banyak mengandung kalsium. Meski begitu, makanan yang ia santap pada masa ini tidak hanya untuk pembentukan cangkang baru, tapi juga untuk memenuhi perkembangan organ tubuhnya yang lain.
Capit-mencapit saat kawin
Cukup mudah membedakan LAT jantan dari yang betina. Kelamin jantan ditandai sepasang tonjolan yang terdapat pada kaki yang paling dekat dengan ekornya. Kelamin betina juga sepasang, berbentuk dua bulatan pada kaki ketiga dihitung dari ekor.
Ketika hendak kawin, LAT menunjukkan gerak-gerik lebih aktif. Pejantan akan melengkungkan tubuhnya. Ekor dan capitnya diangkat seperti kalajengking. Tujuan aksi mejeng-nya itu untuk memikat sang betina. Namun, si betina tidak mudah tertarik begitu saja. Betina LAT tergolong pilih-pilih bulu dan tidak mudah menerima pejantan untuk mempersuntingnya. Pejantan yang gagah, sehat, serta capitnya kuat dan lengkap yang akan ia diterima. Bila keduanya saling tertarik, si pejantan akan main kejar-kejaran dengan si betina. Kalau ada pejantan lain yang mendekat, cepat-cepat diusir.
Proses pemijahan LAT tidak hanya sekali, tetapi berulang kali sampai terjadi pembuahan. Saat pemijahan, LAT betina akan membalikkan badannya sampai terlentang. Lantas si jantan akan menaikinya. Dengan kedua capitnya, ia mencapit-capit lawan jenisnya itu. Si jantan akan mengeluarkan sperma dan yang betina akan mengeluarkan indung telurnya. Telur yang telah dibuahi akan digendong terus oleh si betina sampai menetas selama 30 -40 hari. Setelah itu LAT anakan akan lahir. Lengkap dengan baju perang yang sebentar lagi ia tanggalkan.
Si capit merah dan si perusak
Popularitas LAT di Indonesia mulai meningkat sekitar pertengahan 2002, ketika mulai ada yang membudidayakannya. Tapi kebanyakan LAT didatangkan dari Amerika Serikat dan
Cherax quadricarinatus lebih akrab dipanggil red claw atau si capit merah, lantaran bagian ini yang paling menarik dari tubuhnya. Dari capit ini pula jenis kelaminnya bisa dibedakan. Capit LAT jantan punya warna semu merah. Sedangkan betinanya tidak.
Jenis ini tergolong sangat subur dalam memproduksi telur. Ketika usainya baru menginjak dua tahun, LAT betina jenis ini rata-rata menghasilkan sekitar 200 -400 telur. Tapi untuk jenis Walkamin bisa bertelur 700/lebih. Di tempat asalnya,
Jika dipelihara di akuarium, bobot si capit merah ini bisa mencapai 300 g lebih dengan panjang berkisar 20 cm. Sedangkan di alam, panjangnya bisa 35 cm atau lebih.
Sementara, Cherax destructor dikenal sebagai si perusak. Ia memang punya perangai yang perlu diwaspadai. Struktur kulitnya lebih lunak daripada si capit merah, tapi capitnya lebih besar. Dengan capitnya yang besar itu, ia agresif, suka merusak. Daya rusaknya bahkan bisa menjebol tanggul air atau dam untuk pengairan sawah. Itu semua dilakukan hanya dengan capitnya. Menjelang musim kawin, sifat agresifnya mulai kelihatan.
Lain lagi dengan red crayfish. Tampilan LAT jenis ini menarik karena warna tubuhnya yang merah merata. Ukuran rata-ratanya 20 cm. Ia suka hidup di air bersuhu 18 -20oC. Perkembangannya lebih optimal di daerah dingin.
Ia memang tidak punya sifat perusak seperti Cherax destructor. Tapi, jika daerah kekuasaannya diganggu, ia bisa menjadi sangat agresif.
Pada umur dua tahun, seekor red crayfish hanya menghasilkan telur sebanyak 60 -100 telur. Makin senja usia, makin berkurang produksi telurnya. Anehnya, induk LAT jenis ini juga gampang terkejut. Kalau mendengar bunyi petir, produksi telurnya akan menurun. Untung enggak jantungan dan latah ya!
Memelihara lobster
Akhir-akhir ini lobster memang kerap dibicarakan karena budidaya LAT sedang marak. Jenis lobster yang sering dibudidayakan adalah jenis Red Claw. Harga jualnya cukup lumayan. Untuk indukan lobster red claw biasanya dijual perset( 5 betina 3 jantan) dengan harga 300-400rb. Tapi untuk jenis walkamin bisa mencapai jutaan preset. Yang untuk konsumsi harganya sekitar Rp 125.000 -160.000 per kg, bisanya perkilo berisi 10-13 ekor lobster saja. Jika sudah di atas piring, harganya bisa dibayangkan. Tentu ratusan ribu rupiah seporsi.
Karena bentuk tubuhnya yang unik dan eksotik, LAT juga biasa dijadikan hewan piaraan di akuarium. Soal pakan, LAT termasuk binatang yang gampang. Ia mau melahap makanan apa saja.
Tapi lobster punya sifat pemalu. Ia suka bersembunyi di balik bebatuan atau dedaunan. Karenanya, jika Anda memeliharanya di dalam akuarium, jangan lupa memberinya tempat untuk bersembunyi.
Meski perangainya pemalu, lobster perlu diwaspadai. Capitnya, selain dipakai untuk membela diri, juga tak segan-segan ia gunakan untuk membunuh lawannya. Lobster bisa agresif sampai memangsa ikan di sekitarnya.
Ia juga tergolong gesit melarikan diri. Dengan capitnya ia lihai dalam hal panjat-memanjat. Jika di akuarium ada sedikit saja celah, ia bisa melarikan diri. Jadi, kalau mau memelihara, jangan sampai ada celah sedikit pun di akuarium.
Diambil+diedit dari: http://krissuseno.multiply.com/
No comments:
Post a Comment